Pencarian
Bahasa Indonesia
  • English
  • 正體中文
  • 简体中文
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Magyar
  • 日本語
  • 한국어
  • Монгол хэл
  • Âu Lạc
  • български
  • Bahasa Melayu
  • فارسی
  • Português
  • Română
  • Bahasa Indonesia
  • ไทย
  • العربية
  • Čeština
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Русский
  • తెలుగు లిపి
  • हिन्दी
  • Polski
  • Italiano
  • Wikang Tagalog
  • Українська Мова
  • Lainnya
  • English
  • 正體中文
  • 简体中文
  • Deutsch
  • Español
  • Français
  • Magyar
  • 日本語
  • 한국어
  • Монгол хэл
  • Âu Lạc
  • български
  • Bahasa Melayu
  • فارسی
  • Português
  • Română
  • Bahasa Indonesia
  • ไทย
  • العربية
  • Čeština
  • ਪੰਜਾਬੀ
  • Русский
  • తెలుగు లిపి
  • हिन्दी
  • Polski
  • Italiano
  • Wikang Tagalog
  • Українська Мова
  • Lainnya
Judul
Naskah
Berikutnya
 

Di mana Menemukan Tempat Berlindung dalam Tradisi Keagamaan yang Baik, Bagian 9 dari 11

Details
Unduh Docx
Baca Lebih Lajut
Ada sebuah cerita tentang seorang wanita tua. Dia melafal Nama Buddha setiap hari ketika dia memilah-milah kacang. Dia memisahkan kacang yang jelek dari kacang yang baik sehingga dia bisa menggunakan atau menjualnya. Dan ketika dia memilah-milah kacang, dia mengucapkan Nama Buddha tersebut. Lalu pada suatu hari, ada seorang biksu yang lewat dan melihat rumahnya dipenuhi dengan cahaya. Dia berkunjung dan bilang kepadanya, “Oh, caramu melafalkan nama-nama itu salah. Kamu harus melafalkannya begini, begitu.” Mungkin juga sebuah mantra. Jadi sejak saat itu, dia melafalkan seperti yang diajarkan biksu itu. Dan suatu hari, biksu itu menengok ke belakang dan melihat rumahnya tidak lagi bercahaya. Dan dia melihat wanita itu sangat sedih dan sangat miskin, lebih miskin dari sebelumnya.

Lalu dia bertanya kepadanya mengapa, dan dia berkata, “Sejak saya melafalkan dengan cara yang benar seperti yang Anda ajarkan, kacang saya tidak lagi memilah-milah dengan sendirinya. Sebelumnya, ketika saya melafalkan dengan cara yang salah, kacang-kacang itu akan melompat. Kacang yang jelek akan melompat ke kiri, dan kacang yang bagus akan melompat ke kanan. Jadi saya tak perlu berbuat banyak, dan saya bisa menjual lebih banyak, dan saya mendapatkan penghasilan yang lebih baik. Dan kini saya tak punya banyak waktu untuk melakukan banyak hal karena saya harus menyortir kacang-kacang ini satu per satu – yang jelek di sebelah kiri, dan yang bagus di sebelah kanan, semuanya dengan jari-jari saya. Dan itu memakan banyak waktu.”

Jadi biksu itu berkata, “Maaf, maaf. Oke, kamu kembali. Kamu lafalkan dengan cara sebelumnya.” Dan dia mencobanya. Dengan segera, kacang-kacang itu melompat lagi. Jadi kacang itu melompat seperti sebelumnya. Yang jelek melompat ke kiri dan yang bagus melompat ke kanan. Jadi, wanita itu tidak perlu bekerja keras satu per satu dengan jari-jarinya lagi. Jadi biksu itu berkata, “Maaf,” dia merasa malu, dan dia pergi, tentu saja.

Dan ada cerita lain yang mungkin sudah Anda ketahui. Seorang pendeta kebetulan berada di sebuah pulau dan melihat tiga pertapa di sana. Dia bertanya kepada mereka apakah mereka memiliki kepercayaan. Mereka menjawab, “Ya, kami percaya kepada Tuhan.” Lalu dia berkata, “Lalu bagaimana kalian berdoa kepada Tuhan?” Jadi mereka berkata, “Kami hanya mengatakan, ‘Engkau adalah Tiga,’ yang berarti Tuhan Yang Mahakuasa, Putra, dan Roh Kudus. Jadi kami berkata, ‘Engkau adalah Tiga, kami adalah tiga. Berbelas kasihlah kepada kami! Begitulah bagaimana kami berdoa kepada Tuhan setiap hari.” Lalu pendeta itu berkata, “Tidak, tidak, kalian tidak bisa berdoa seperti itu. Kalian harus berdoa seperti ini, seperti itu...” Dan dia mengajarkan mereka cara mereka harus berdoa, seperti orang-orang yang pergi ke gereja. Baiklah. Jadi ketiga pertapa itu mulai melafalkan itu, dan tidak lagi melafalkan “Kami bertiga, Engkau bertiga”. Jadi, sang pendeta tinggal di sana untuk sementara dan memastikan mereka memahami semua itu dan menghafalnya di luar kepala, kemudian dia pergi ketika beberapa perahu datang mendekat. Maka dia pun pergi dengan sebuah perahu. Kemudian, setelah beberapa saat di atas perahu, dia melihat ketiga sosok pertapa itu berlari ke arah perahu.

Mereka berlari di atas air. Mereka tiba di perahu dan bertemu dengan pendeta itu lagi dan berkata, “Oh, tolong, kami lupa beberapa bagian dari ajaran yang Anda sampaikan ke kami untuk berdoa. Tolong ajari kami lagi.” Dan, sang pendeta melihat mereka berlari di atas air, tentu saja, begitu bajik, suci seperti itu, jadi dia sangat ketakutan. Dia membungkuk kepada mereka dan berkata, “Tidak, tidak, tolong, jangan khawatir. Lanjutkan saja melafalkan seperti cara kalian sebelumnya. Berdoalah kepada Tuhan seperti sebelumnya. Seperti yang kalian katakan, ‘Engkau adalah Tiga, kami adalah tiga. Berbelas kasihlah kepada kami. Lanjutkan seperti itu sepanjang waktu. Jangan memikirkan apa yang saya ajarkan ke kalian, lupakan saja apa yang saya ajarkan kepada kalian.” Maka, ketiga pertapa itu berkata, “Baiklah, jika itu yang Anda perintahkan, kami akan lakukan.” Lalu mereka berlari kembali ke pulau mereka, tentu saja dengan bertelanjang kaki di atas air.

Jadi, keyakinan seseorang dapat memindahkan gunung dan mengosongkan lautan. Jadi janganlah mengajarkan mereka hal yang bertentangan dengan keyakinan mereka karena Anda membantu Raja Iblis untuk menjerat mereka kembali ke dalam eksistensi perbudakan di dunia fisik ini di mana Anda akan dilahirkan lagi dan lagi dan Anda akan didaur ulang, didaur ulang – kelahiran dan kematian serta penderitaan, kelahiran dan kematian, dan penderitaan – Empat Kebenaran Mulia yang telah diajarkan oleh Buddha, khotbah pertama setelah Dia tercerahkan sepenuhnya. Jadi jika Anda tidak dapat mengajari mereka sesuatu yang baik melalui realisasi Anda sendiri akan Surga dan Tanah Buddha, maka saya persilakan Anda untuk diam.

Jika ada di antara Anda para biksu dan biksuni yang tidak tahu apa-apa, dan tidak memiliki semadi dalam meditasi, berjalan ke arah yang salah, maka teruslah berusaha untuk meningkatkan diri. Bacalah lebih banyak sutra Buddhis; sutra bagus apa pun yang dapat Anda pahami, dan berpegang teguh padanya. Atau lafalkan “Buddha Amitābha” sehingga jiwa Anda dapat memperoleh tempat yang aman di Tanah Buddha Amitābha. Jangan mengkhotbahkan apa pun. Jika Anda tidak tahu apa-apa, diam sajalah. Biarkanlah orang lain menemukan jalan mereka sendiri, alih-alih Anda sesatkan ke neraka yang menyedihkan oleh konsep yang salah dan arah yang salah, yang diarahkan oleh iblis. Itu saja yang saya mohon ke Anda.

Anda boleh mencaci saya, memfitnah saya sesuka hati Anda, seperti yang telah dilakukan oleh beberapa di antara Anda. Tetapi Anda masih harus membayar atas tuduhan palsu Anda dalam kehidupan ini atau/dan di neraka. Beberapa dari Anda sudah melihat pembalasannya. Karena Anda telah merusak reputasi seorang pengabdi spiritual yang baik yang tidak pernah menyakiti Anda.

Tapi janganlah mengganggu iman orang-orang yang baik dan murni. Jangan ganggu Buddha Amitābha dan umat-Nya. Hormati neraka karena ke sanalah Anda akan pergi jika Anda tidak menghormati Sang Buddha. Jika Anda tak percaya neraka itu ada, iblis akan membuktikannya ke Anda. Jangan menunggu sampai saat itu; itu akan terlambat untuk Anda. Putar balik sekarang. Lafalkan Nama Sang Buddha. Jadilah vegan, rendah hati, riil, jujur, dan jangan menyesatkan orang lain. Bahkan jika Anda adalah iblis, Anda dapat diselamatkan jika Anda berbalik. Sang Buddha juga memiliki banyak iblis yang membantu-Nya. Sang Buddha mahakuasa, tetapi sebagian manusia di dunia ini tidak memiliki kuasa, jadi para iblis akan berusaha menenangkan mereka, untuk meredupkan konsep-konsep mereka yang salah sehingga mereka mau pergi menemui Sang Buddha.

“Pada saat itu ada putri-putri iblis rakshasa, yang pertama bernama Lamba, yang kedua bernama Vilamba, yang ketiga bernama Gigi Bengkok, yang keempat bernama Gigi Berbunga, yang kelima bernama Gigi Hitam, yang keenam bernama Rambut Lebat, yang ketujuh bernama Tak Pernah Puas, yang kedelapan bernama Pembawa Kalung, yang kesembilan bernama Kunti, dan yang kesepuluh bernama Pencuri Semangat Hidup Semua Makhluk Hidup. Kesepuluh putri rakshasa ini, beserta Ibu dari Anak-Anak Iblis (Hariti), keturunannya, dan para pengiringnya, semuanya pergi ke tempat di mana Sang Buddha berada dan berkata serempak kepada Sang Buddha, ‘Yang Dihormati Dunia, kami juga hendak melindungi dan menjaga mereka yang membaca, melafalkan, menerima, dan menjunjung tinggi Sutra Teratai serta menghindarkan mereka dari kemunduran atau bahaya. Jika ada orang yang mengintai kelemahan para guru Hukum ini dan mencoba untuk mengambil keuntungan dari mereka, kami akan membuatnya mustahil baginya untuk melakukannya.’ Kemudian di hadapan Sang Buddha, mereka melafalkan mantra-mantra ini […] [dan] mereka berbicara […] berkata: ‘Jika ada yang tidak mengindahkan mantra-mantra kami dan mengganggu dan menyusahkan para pengkhotbah Hukum ini, kepala mereka akan terbelah menjadi tujuh bagian […]. Kami akan menggunakan tubuh kami sendiri untuk melindungi dan menjaga mereka yang menerima, menjunjung tinggi, membaca, melafalkan, dan mengamalkan sutra ini. Kami akan memastikan mereka memperoleh kedamaian dan ketenangan, membebaskan mereka dari kemerosotan dan bahaya serta meniadakan efek dari semua ramuan beracun.’ Sang Buddha berkata kepada putri-putri rakshasa itu, ‘Bagus sekali, bagus sekali! Jika kalian dapat melindungi dan menjaga mereka yang menerima dan menjunjung tinggi nama Sutra Teratai, pahala kalian akan tidak terukur. Terlebih lagi jika kalian melindungi dan menjaga mereka yang menerima dan menjunjung tinggi Sutra Teratai secara keseluruhan, yang memuliakan sutra ini dengan bunga, dupa, kalung […] yang menyalakan berbagai jenis lampu […] dan yang dengan cara ini mempersembahkan ratusan dan ribuan jenis sedekah. Kunti, engkau dan para pengiringmu harus melindungi dan menjaga para guru Hukum seperti ini!” ~ Kutipan dari Bab 26 “Sutra Teratai”

Ketika Sang Buddha sedang membabarkan Dharma di Bumi, banyak Buddha, raja-raja Surga juga turun dari kediaman mereka sendiri untuk mendengarkan Sang Buddha, memberi hormat kepada Sang Buddha, membungkuk dan bersujud kepada Sang Buddha. Anda mengetahui semua itu dari luasnya ajaran Buddha. Sang Buddha meninggalkan begitu banyak sutra. Kita selamanya bersyukur kepada-Nya untuk itu. Jika tidak, kita tidak akan pernah punya kesempatan untuk mengenal Buddha Pengobatan, Bodhisatwa Quan Yin, Bodhisatwa Kekuatan Agung (Bodhisatwa Mahāsthāmaprāpta), Buddha Vairocana, Bodhisatwa Kṣitigarbha, Buddha Amitābha, dan banyak Buddha lainnya, dll. Anda dapat menyebutkan daftar panjang para Buddha selamanya karena Buddha Shakyamuni telah menyampaikan semua nama-nama itu. Dan tetap saja, Buddha meramalkan bahwa beberapa biksu akan menggunakan ajaran Buddha untuk melawan-Nya. Itulah contoh yang saya ceritakan.

Menyangkal Buddha Amitābha, Yang adalah yang terpopuler, cara termudah untuk diikuti oleh umat Buddha, untuk menyelamatkan jiwa mereka, dan menyangkal keberadaan neraka, itu adalah hal yang bertentangan seribu kali dengan ajaran Sang Buddha. Dalam agama apa pun, mereka mengajarkan dua hal ini: Surga dan neraka, sehingga Anda bisa tahu siapa itu siapa – siapa biksu Buddhis sejati, siapa yang palsu. Tolong hati-hati, selamatkan diri Anda. Lafalkan “Buddha Amitābha”. Jangan dengarkan siapa pun yang mengatakan bahwa Surga Barat Amitābha tidak ada. Jangan dengarkan itu. Dan percayalah bahwa neraka itu ada. Saya bersumpah kepada Anda, demi Surga dan Bumi, bahwa neraka itu ada, Tanah Buddha Amitābha itu ada, banyak Tanah Buddha lainnya itu ada. Tetapi Buddha Amitābha memiliki lebih banyak afinitas dengan manusia, dan Cahaya-Nya tidak terbatas, abadi, di mana-mana, jadi lebih mudah untuk terhubung dengan-Nya. Itu saja.

Photo Caption: Bersama-sama, Memperindah Dunia!

Unduh Foto   

Bagikan
Bagikan ke
Lampirkan
Mulai pada
Unduh
Mobile
Mobile
iPhone
Android
Tonton di peramban seluler
GO
GO
Prompt
OK
Aplikasi
Pindai kode QR, atau pilih sistem telepon yang tepat untuk mengunduh
iPhone
Android